Minggu, 23 Oktober 2011

[sunting] Geografi Sebagian besar wilayah Kabupaten Batang merupakan perbukitan dan pegunungan. Dataran rendah di sepanjang pantai utara tidak begitu lebar. Di bagian selatan adalah terdapat Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prau (2.565 meter). Ibukota Kabupaten Batang terletak di ujung barat laut wilayah kabupaten, yakni tepat di sebelah timur Kota Pekalongan, sehingga kedua kota ini seolah-olah menyatu. Kabupaten Batang terletak pada 6o 51' 46" sampai 7o 11' 47" Lintang Selatan dan antara 109o 40' 19" sampai 110o 03' 06" Bujur Timur di pantai utara Jawa Tengah . Luas daerah 78.864,16 Ha. Batas-batas wilayahnya sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Kendal, sebelah selatan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, sebelah barat Kota dan Kabupaten Pekalongan. [sunting] Sejarah Batang Kabupaten Batang dapat dibagi dalam 3 periodisasi sejarah. Berdiri sebagai Kabupaten sejak awal abad 17 dan bertahan sampai dengan 31 Desember 1935. Per 1 Januari 1936, Batang secara resmi digabungkan kedalam Pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Tahun 1946, mulai ada gagasan untuk menuntut kembalinya status Kabupaten Batang. Ide pertama lahir dari Mohari yang disalurkan melalui sidang KNI Daerah dibawah pimpinan H.Ridwan. Sidang bertempat di gedung bekas rumah Contrder Belanda (Komres Kepolisian 922). Tahun 1952, terbentuk sebuah Panitia yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Batang. Panitia ini dinamakan Panitia Pengembalian Kabupaten Batang, yang bertugas menjalankan amanat masyarakat Batang. Dalam kepanitiaan ini duduk dari kalangan badan legislatif serta pemuka masyarakat yang berpengaruh saat itu. Susunan panitianya terdiri atas RM Mandojo Dewono (Direktur SGB Batang) sebagai Ketua, R. Abutalkah dan R. Soedijono (anggota DPRDS Kabupaten Pekalongan) sebagai Wakil Ketua. Panitia juga dilengkapi dengan dua anggota yaitu R. Soenarjo (anggota DPRDS yang juga Kepala Desa Kauman) dan Rachmat (anggota DPRDS). Tahun 1953, Panitia menyampaikan Surat Permohonan terbentuknya kembali status Kabupaten Batang lengkap satu berkas, yang langsung diterima oleh Presiden Soekarno pada saat mengadakan peninjauan daerah dan menuju ke Semarang dengan jawaban akan diperhatikan. Tahun 1955, Panitia mengutus delegasi ke pemerintah pusat, yang terdiri atas RM Mandojo Dewono, R.Abutalkah, dan Sutarto (dari DPRDS). Tahun 1957, dikirim dua delegasi lagi. Delegasi I, terdiri atas M. Anwar Nasution (wakil ketua DPRDS), R.Abutalkah, dan Rachmat (Ketua DPRD Peralihan). Sedangkan delegasi II dipercayakan kepada Rachmat (Kepala Daerah Kabupaten Pekalongan), R.Abutalkah, serta M.Anwar Nasution. Tahun 1962, mengirimkan utusan sekali. Utusan tersebut dipercayakan kepada M. Soenarjo (anggota DPRD Kabupaten Pekalongan dan juga Wedana Batang) sebagai ketua, sebagai pelapor ditetapkan Soedibjo (anggota DPRD), serta dibantu oleh anggota yaitu H. Abdullah Maksoem dan R. Abutalkah. Tahun 1964, dikirim empat delegasi. Delegasi I, ketuanya dipercayakan R. Abutalkah, sedang pelapor adalah Achmad Rochaby (anggota DPRD). Delegasi ini dilengkapi lima orang anggota DPRD Kabupaten Pekalongan, yaitu Rachmat, R. Moechjidi, Ratam Moehardjo, Soedibjo, dan M. Soenarjo. Delegasi II, susunan keanggotaannya sama dengan Delegasi I tersebut, sebelum menyampaikan tuntutan rakyat Batang seperti pada delegasi-delegasi terdahulu, yaitu kepada Menteri Dalam Negeri di Jakarta diawali penyampaian tuntutan tersebut kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah di Semarang. Delegasi III, yang juga susunan keanggotaannya sama dengan Delegasi I dan II kembali mengambil langkah menyampaikan tuntutan rakyat Batang langsung kepada Mendagri. Sedang Delegasi IV mengalami perubahan susunan keanggotaan. Dalam delegasi ini sebagai ketua R. Abutalkah, sebagai wakil ketua Rachmat, sedangkan sebagai pelapor adalah Ratam Moehardjo, Ahmad Rochaby sebagai sekretaris I, R. Moechjidi sebagai sekretaris II serta dilengkapi anggota yaitu Soedibjo dan M. Soenarjo. Tahun 1965, diutus delegasi terakhir. Sebagai ketua R. Abutalkah, wakil ketua Rachmat, sekretaris I Achmad Rochaby, sekretaris II R. Moechjidi, pelapor Ratam Moehardjo serta dilengkapi dua orang anggota yaitu M. Soenarjo dan Soedibjo. Delegasi terakhir atau kesepuluh itu, memperoleh kesempatan untuk menyaksikan sidang paripurna DPR GR dalam acara persetujuan dewan atas Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pemerintah Kabupaten Batang menjadi Undang-undang. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965, yang dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 52, tanggal 14 Juni 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965, tanggal 14 Juli 1965. Tanggal 8 April 1966, bertepatan hari Jumat Kliwon, yaitu hari yang dianggap penuh berkah bagi masyarakat tradisional Batang, dengan mengambil tempat di bekas Kanjengan Batang lama (rumah dinas yang sekaligus kantor para Bupati Batang lama) dilaksanakan peresmian pembentukan Daerah Tingkat II Batang. Upacara yang berlangsung khidmat dari jam 08.00 s/d 11.00 itu, ditandai antara lain dengan Pernyataan Pembentukan Kabupaten Batang oleh Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Tengah Brigjend (Tit) KKO-AL Mochtar, pelantikan R. Sadi Poerwopranoto sebagai Pejabat Bupati Kepala Daerah Batang, serah terima wewenang wilayah dari Bupati KDH Pekalongan kepada Pejabat Bupati KDH Batang, serta sambutan dari Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah. [sunting] Daftar Bupati R. Sadi Poerwopranoto, 8 April 1966 s/d 31 Mei 1967 R. Harjono Prodjodirdjo, 31 Mei 1967 s/d 10 Oktober 1972 Soejitno, 10 November 1972 s/d 21 Maret 1979 Soekirdjo, 21 Maret 1979 s/d 1 Januari 1988 Soehoed, 26 Juli 1988 s/d 26 Juli 1993 Moeslich Effendi, SH, 26 Juli 1993 - 26 Juli 1998 Djoko Poernomo, SH, MM, 22 Oktober 1998 - 7 Agustus 2001 Bambang Bintoro, SE, 11 Februari 2002 - sekarang [sunting] Pembagian administratif Kabupaten Batang terdiri atas 15 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Batang. Di samping Batang, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Tulis, Subah, Gringsing (Plelen); ketiganya berada di jalur pantura serta Limpung sebagai segitiga emas pertemuan bisnis Tersono, Bawang, Bandar. Juga di selatan kota Batang ada Bandar yang saat ini berkembang pesat. [sunting] Pendidikan Pendidikan formal TK atau RA SD atau MI SMP atau MTs SMA atau MA SMK Perguruan tinggi Lainnya Negeri 6 472 58 8 2 0 0 Swasta 319 115 41 16 11 0 0 Total 325 587 99 24 13 0 0 Data sekolah di Kabupaten Batang Sumber:[2] [sunting] Transportasi Batang dilalui jalan negara jalur pantura(Jalan Daendels 1808 M) , yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi ). Meski jalan negara tersebut memiliki 5 lajur, 3 di kanan dan 2 di kiri, namun saat musim mudik lebaran terjadi kemacetan di jalur ini. Tersedia jalur alternatif untuk menghindari kemacetan ini, yaitu melalui Batang - Bandar - Blado - Reban - Bawang - Sukorejo - Parakan - Temanggung - Magelang - Jogja dan Batang - Bandar - Limpung - Tersono - Sukorejo - Weleri - Semarang. Kabupaten Batang juga dilintasi jalur kereta api lintas utara pulau Jawa (Jakarta-Surabaya). Karena kedekatannya dengan Kota Pekalongan yang lebih besar, kebanyakan kereta api tidak berhenti di stasiun Batang. Naik kereta api melalui wilayah Kabupaten Batang sangat menarik dan tidak membosankan, karena rel berada tepat di tepi pantai yang memiliki pemandangan indah. Terminal angkutan Bus terpenting di Kabupaten Batang adalah Terminal Banyuputih dan Terminal Limpung yang selalu ramai disinggahi bus antar kota . Sedangkan Bus Antar Kota-antar propinsi akan singgah untuk istirahat di banyak restaurant di Kecamatan Gringsing . Terminal angkutan barang / truk ada di Banyuputih dan Timbang , sehngga Batang yang terletak di pertengahan pulau Jawa selalu disinggahi truk-truk barang antar pulau di Indonesia . [sunting] Perekonomian Posisi wilayah Kabupaten Batang berada pada jalur ekonomi pulau Jawa sebelah utara. Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur pantura memungkinkan berkembangnya kawasan tersebut yang cukup prospektif di sektor jasa transit dan transportasi. Kondisi wilayah Kabupaten Batang yang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan, menjadikan Kabupaten Batang berpotensi yang sangat besar untuk agroindustri, agrowisata dan agribisnis. [sunting] Potensi Investasi Terdapat banyak industri tekstil di wilayah Kabupaten Batang, dari skala rumah tangga sampai industri berorientasi ekspor, antara lain PT Primatex dan PT Saritex. Wilayah Kabupaten Batang sangat strategis dari sisi ekonomi, karena dilewati oleh jalur perdagangan nasional, jalan pantura. Wilayahnya yang memiliki garis pantai yang terhitung panjang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan perikanan maupun pelabuhan kargo untuk barang-barang hasil produksi industri setempat. Rencana Pemerintah Pusat untuk membangun jaringan transmisi gas bumi dari Cirebon, Jawa Barat ke Gresik, Jawa Timur memiliki potensi tumbuhnya industri besar disepanjang jalur pipa gas tersebut. Pasokan listrik di wilayah Batang juga dapat diandalkan, karena dilewati oleh jaringan SUTET milik PT PLN (persero). Di beberapa wilayah juga memiliki potensi energi hidro yang dapat dikembangkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Wilayah Batang yang sangat luas, dengan sejarah bencana geologi yang hampir tidak ada, ditunjang sumber daya manusia yang melimpah akan menguntungkan bagi investor yang hendak membangun industri di wilayah ini.

Ngulik Keistimewaan Batik Pekalongan

Ngulik Keistimewaan Batik Pekalongan
alam terus merayap turun. Bulan sabit bersinar pucat dilangit, berteman bintang-bintang yang redup tertutup kabut. Angin dingin bertiup kencang, menghembus tubuhku yang dibungkus sweater dan jacket kulit. Dan kami bertiga, yang duduk dibawah sebatang pohon jati yang besar, beralas selembar kain terpal yang lusuh, terus menunggu dengan sabar. Sambil menatap jauh kedepan dengan hati berdebar. Tegang rasanya. Setiap kali semak dan belukar di dekat kami bergerak. Aku dan Sulis cepat bertiarap. Jantungku serasa berhenti berdetak. Tapi pak Dikin cuma tertawa lirih, "Itu bukan celeng mas, paling juga kelinci atau ayam liar". Angin malam berdesau riuh. Bagai melagukan ratapan arwah-arwah penasaran yang membuat bulu kuduk ku berdiri, sayup terdengar suara anjing melolong di kejauhan sana, diselingi jeritan burung hantu yang parau. Dan aku terus membayangkan sebuah masa lalu yang kelabu. Kabarnya... dulu...di hutan jati ini, banyak sekali orang-orang yang dibunuh . Dibantai tanpa ampun lagi. Karena mereka ikut terlibat gerakan 30 September. Kenangan ini membuat keringat dingin mengalir di sekujur tubuhku. Kulihat Sulis sudah berbaring telungkup disebelahku. Rupanya dia merasa takut juga. "Kalau ngantuk tidur sajalah mas , nanti kalau celengnya datang, aku bangunin deh", kata pak Dikin tenang. Kututup kedua belah telingaku dengan telapak tangan. Lalu berbaring didekat Sulis. Aku sudah tak peduli lagi pada celeng yang kami tunggu. Aku hanya ingin matahari secepatnya terbit. Agar kami bisa pergi dari tempat yang jahanam ini. Sambil berbaring ku awasi punggung pak Dikin yang duduk mencangkung didepanku sambil memangku bedilnya. Dan rasa aman melanda diriku. Kalau ada apa-apa pasti dia akan bertindak melindungi diriku. Dia seorang lelaki yang kuat dan berani. Tak merasa ngeri sedikitpun dengan suara-suara yang aneh disekeliling kami. Maklum dia seorang prajurit ABRI. Yang lama bertugas di Tim Tim. Entah sudah berapa puluh orang yang pernah ditembaknya disana dengan bedil yang dipangkunya itu. Kupejamkan mataku. Mencoba untuk tidur seperti Sulis.Tapi suara-suara yang mengerikan itu terus saja bergema di telingaku. Hingga aku hampir gila dibuatnya. Dalam hati aku bersumpah, aku tak mau pergi ikut orang berburu lagi. Tak ada sensasi yang kurasakan. Ternyata berburu itu adalah sebuah pekerjaan yang menjemukan sekali. Cuma duduk menunggu dan kedinginan sepanjang malam. Juga tersiksa oleh suara-suara yang aneh dan seram dari alam semesta. Menjelang subuh, aku pun jatuh dalam pelukan gelap yang gelisah. Dan aku bermimpi melihat seekor celeng yang hitam dan besar, berlari melintas didepanku, meninggalkan sebuah derum yang panjang. Aku terbangun. Dan terasa sebuah tangan yang dingin membekap mulutku. "Ssst ". Kudengar suara pak Dikin berdesis ditelingaku. Kulihat dia sudah telungkup di sebelah tubuhku. Sulispun rupanya sudah terjaga juga. Kudengar nafasnya berdesah cepat sekali. Aku ingin bangkit tapi pak Dikin menahan tubuhku. Tangannya menunjuk ke depan. "Tiarap sajalah", bisiknya. Kubalik kan tubuhku dan kuangkat kepalaku keatas. Dan ...aku menjerit kaget..untung pak Dikin telah membekap mulutku lagi dengan sigapnya. Mataku terbelalak. Jantungku berdebur kencang. Aku melihat siluet gelap bayang-bayang orang di tempat terbuka yang ada didepan kami. Banyak sekali. Lelaki dan perempuan. Mereka berteriak-teriak dan menjerit-jerit histeris. Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaanku pada saat itu. Yang jelas rasa takut dan ngeri telah membuat tubuhku bagaikan lumpuh tak berdaya. Kepalaku terkulai kebawah. Dan kubaca semua ayat suci yang yang dapat kuingat didalam hati. Pak Dikin dan Sulis kian merapat ke tubuhku, yang telungkup ditengah mereka. Kudengar mulut merekapun berguman membaca doa tanpa henti. Seiring dengan terbitnya matahari, suara yang riuh rendah itupun terdengar semakin samar. Lalu senyap mencengkam. Kuangkat kepalaku. Ternyata mereka telah pergi..seperti lenyap ditelan bayangan sang fajar . Kami saling berpandangan. Lalu berdiri dengan tubuh gemetar. Kulihat celana pak Dikin basah, ternyata lelaki yang gagah berani itu, takut sekali dengan hantu sampai terkencing-kencing. Tanpa berkata apa-apa lagi, pak Dikin menyandangkan bedilnya ke bahunya. Lalu berlari terbirit-birit kearah desa yang terletak di pinggir hutan jati itu. Diikuti aku dan Sulis. Yang lari pontang panting mengikutinya. Kami begitu panik dan takut, hingga tak peduli lagi pada bekal makanan dan minuman yang masih berjajar diatas selimut terpal. Sampai di jalan setapak yang menghubungkan desa itu dengan jalan besar, kami berpapasan dengan serombongan orang. Tua-muda, besar-kecil, sedang berjalan berbondong-bondong ke arah jalan besar. Seperti orang yang sedang pergi mengungsi . Karena wajah mereka tampak muram semua. Melihat kedatangan kami mereka menghentikan langkahnya. Dan seorang lelaki tua bergegas menghampiri Pak Dikin. "Tolonglah kami pak", katanya sambil melirik ke arah bedil yang ada di bahu pak Dikin. "Pak Dikin menarik nafas panjang, untuk menenangkan hatinya yang masih dicekam rasa ngeri. "Mau kemana kalian pergi sepagi ini?", tanyanya dengan nafas yang masih terputus-putus. "Saya adalah lurah di desa ini", kata lelaki tua itu. "Subuh tadi, desa kami diserbu oleh serombongan pengemis, gelandangan dan orang gila, yang datang menjarah semua makanan yang kami miliki"."Rupanya mereka lapar sekali, karena mereka nekat memasuki rumah kami tanpa diundang, lalu makan dan minum apa saja yang dapat mereka temukan didapur, tanpa minta permisi lagi kepada pemilik rumah". "Saya lihat bapak punya senjata api, mungkin bapak bisa mengusir mereka semua dari desa kami, Jadi kami tak perlu lagi minta tolong kepada komandan koramil yang kantornya didekat kecamatan sana". Pak Dikin menggeleng-gelengka n kepalanya. "Masyaa Allaah..Ya Allaah ..Ya Tuhanku..", bisiknya berulang-ulang. Seperti tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. "Lalu darimana datangnya rombongan orang gila dan pengemis itu pak Lurah", tanya saya penasaran. Pak lurah menarik nafas panjang. "Ya dari Jakarta to mas, habis darimana lagi, biasanya kalau ada tamu agung yang mau datang berkunjung ke sana, biar kotanya jadi nampak bersih dan rapi, semua pengemis, gelandangan dan orang gila dikumpulin jadi satu, lalu dinaikin ke truk-truk terus didrop ke dalam hutan-hutan lebat yang masih ada di pulau Jawa ini". Aku dan Sulis berpandangan. .Kalau begitu yang kami lihat semalam tadi..ternyata bukan hantu beneran..cuma paket dari Jakarta doang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an